Tema cerita cinta penggugah jiwa kembali diangkat oleh Habiburrahman El Shirazy. Novel Dalam Mihrab Cinta ini menambah deretan panjang novel pembangun jiwa yang telah ditulisnya yaitu Ayat-ayat Cinta, Pudarnya Pesona Cleopatra, dan Ketika Cinta Bertasbih. Karya-karya lainnya yang berupa kisah-kisah islami berjudul Ketika Cinta Berbuah Surga dan Di Atas Sajadah Cinta. Buku ini pada dasarnya berisi 3 novelet dengan judul, tokoh dan setting yang berbeda. Ketiga novelet ini ialah : “Takbir Cinta Zahrana”, “Dalam Mihrab Cinta” dan “Mahkota Cinta”. Novelet pertama mengisahkan pergulatan Zahrana, seorang dosen universitas swasta di Semarang, dalam menemukan pasangan hidupnya. Zahrana digambarkan mewakili perempuan yang telat menikah karena lebih mementingkan karir akademiknya. Keteguhan dan ketegarannya diuji, walaupun usia sudah tidak muda lagi, namun Ia tidak serta merta menerima pinangan atasannya yang kaya, punya jabatan, namun buruk akhlaknya. Penolakan ini membawa terror demi terror bagi Zahrana dan mencapai puncaknya ketika calon suaminya Rahmad terbunuh satu hari sebelum pernikahannya berlangsung. Disinilah keteguhan iman Zahrana diuji bahwa Allah Maha Mengetahui takdir jodohnya, sehingga ia dipertemukan dengan jodoh yang tidak diduga-duga sebelumnya.
Novelet kedua “Dalam Mihrab Cinta” adalah ringkasan atau petikan dari roman “Dalam Mihrab Cinta” yang akan diterbitkan kemudian. Kang Abik ingin memperkenalkan sekilas tentang tokoh dan setting Roman Dalam Mihrab Cinta dalam bentuk novelet. Meskipun demikian, novelet ini tetap menyajikan cerita utuh yaitu tentang perjalanan seorang santri Syamsul yang difitnah, dikeluarkan dari pondok pesantren Al Furqon. Sisi kelam kehidupan Syamsul mendominasi awal-awal cerita, buah dari rasa dizalimi oleh sahabat yang semula dipercayainya, ditambah hukuman dari pesantren dan tekanan dari keluarganya. Syamsul yang bercita-cita ingin menjadi da’i akhirnya berhasil bangkit dan menjalani hidup sebagai seorang guru ngaji. Keinginan untuk kembali ke jalan yang lurus, sebersit keinginan membalas ke-zaliman bekas sahabatnya, menumbuhkan tekad untuk bangkit dan semangat pembuktian diri luar biasa, sehingga ia bisa menemukan kembali jalan kesholehan dan menjadi da’i yang terkenal.
Novelet ketiga berjudul “Mahkota Cinta”, diangkat dari hasil riset kecil tentang kehidupan mahasiswa pasca sarjana Indonesia yang menempuh studi di Malaysia, khususnya di Universiti Malaya. Jika dua novelet pertama mengambil tempat di kota-kota Indonesia, novelet ini mengambarkan perjalanan anak muda “Zul” yang merantau di Kualalumpur Malaysia. Kehidupan TKW dan mahasiswa Indonesia dengan menarik disajikan oleh Kang Abik. Kita seolah-olah diajak bertamasya ke luar negeri, melihat kehidupan kualalumpur dan Universiti Malaya melalui novel ini. Cerita yang ketiga ini merupakan yang terpanjang dinarasikan oleh Kang Abik. Lebih dari separuh tebal buku, diperuntukkan untuk mengupas tuntas kehidupan dan perjuangan Ahmad Zul menjadi mahasiswa sambil bekerja di Malaysia. Jika ada hal yang mengganggu adalah detail umur tokoh utama dalam cerita yaitu Zul dan Mbak Mari yang pada awalnya digambarkan sebagai adik dan kakak (umur Zul ditaksir 22 tahun oleh Mbak Mari, sedangkan Mbak Mari masuk 27 tahun atau ditaksir berumur di atas 30-an lebih oleh Zul), namun pada akhir cerita berbalik ternyata umur Mbak Mari yang mempunyai nama lain Agustina Siti Mariana Maulida, 28 tahun sedangkan Zul berumur 30 tahun.
Tema cinta dan dakwah tetap menjadi ruh dari tiga novelet di atas. Dengan apik Kang Abik mengajak pembaca menikmati gejolak rasa masing-masing tokoh, sambil digugah untuk selalu menjadikan Islam sebagai tuntunan hidup dalam mencari pasangan dan kehidupan yang lebih luasa. Berbeda dengan tokoh di Ayat-Ayat Cinta yang digambarkan sangat sempurna dan matang secara ghirah dan ilmu agama, tokoh-tokoh dalam novelet-novelet di atas digambarkan sebagai “orang biasa” yang mengalami pasang-surut iman dan akhirnya menemukan jatidirinya kembali sebagai seorang muslim yang taat. Namun demikian, dari sisi “ending” ada satu kesamaan dari novel-novel Kang Abik. Dia tidak ingin membuat pembaca kecewa, sehingga setelah pergulatan yang berat, sang tokoh akhirnya menemukan cintanya dan berakhir bahagia. Bagi penggemar novel-novel Islami, buku ini layak baca dan perlu dibaca. Selamat menikmati.